I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tantangan penyediaan pangan di Indonesia semakin berat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk. Jumlah penduduk Indonesia diperkirakan pada tahun 2020 akan mencapai 280 juta ribu. Disisi lain tingkat pertumbuhan produksi pertanian di Indonesia dari tahun 1995 hingga 2010 diperkirakan sekitar 1,5% setiap tahunnya. Hal tersebut secara langsung memacu para pelaku usaha tani maupun sektor pertanian untuk meningkatkan produktivitas sektor pertanian ( pangan, hortikultura, perkebunan ) baik melalui kagiatan perluasan lahan pertanian maupun melalui peningkatan pendayagunaan lahan pertanian yang telah ada.
Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat kedua setelah beras. Sebagai salah satu sumber bahan pangan, jagung telah menjadi komoditas utama setelah beras. Bahkan, di beberapa daerah di Indonesia, jagung dijadikan sebagai bahan pangan utama. Keuntungan bertanam jagung ternyata sangat besar, selain biji sebagai hasil utama, batang jagung merupakan bahan pakan ternak yang sangat potensial. Dengan demikian, dalam perusahaan jagung selain mendapat biji atau tongkol jagung, masih ditambah lagi dengan brangkasannya yang juga memiliki nilai ekonomi tinggi.
Dari segi pengelolaan, keuntungan bertanam jagung adalah kemudahan dalam budidaya. Tanaman jagung merupakan tanaman yang tidak membutuhkan perawatan intensif. Risiko kegagalan bertanam jagung umumnya sangat kecil di bandingkan tanaman palawija lainnya. Hampir seluruh bagian jagung memiliki nilai ekonomis, secara umum beberapa manfaat bagian-bagian tanaman jagung dijelaskan sebagai berikut :
- Batang dan daun muda untuk pakan ternak
- Batang dan daun tua ( setelah panen ) untuk pupuk hijau atau kompos
- Batang dan daun kering untuk kayu bakar
- Batang jagung untuk pulp ( bahan kertas )
- Buah jagung muda untuk sayuran
Pada praktikum yang kami lakukan, penanaman benih jagung dilakukan dengan dua perlakuan, yaitu pada petakan pertama ditanami dua benih per lubang dan pada petakan kedua ditanami tiga benih per lubang. Kemudian setelah benih tumbuh dilakukan seleksi.
Dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli, menanam jagung satu benih dan dua benih per lubang tanam akan memberikan pengaruh pada pertumbuhan tanaman jagung. Satu lubang yang ditanami satu benih pertumbuhannya akan lebih baik dibandingkan dengan satu lubang yang ditanami dua benih. Hal ini disebabkan karena persaingan untuk mendapatkan unsur hara lebih tinggi pada penanaman dua benih per lubang tanam dibandingkan satu benih per lubang tanam.
1.2. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum lapangan ini adalah untuk mengetahui dan membedakan perlakuan yang ada pada setiap petakan.
1.3. Hipotesis
Diduga bahwa jumlah benih per lubang tanam akan mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman jagung.
II. Tinjauan Kepustakaan
Jagung (Zea mays L) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari bulir), dibuat tepung (dari bulir, dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari tepung bulir dan tepung tongkolnya). Tongkol jagung kaya akanpentosa, yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural. Jagung yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi.
2.1. Klasifikasi
Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum klasifikasi dan sistematika tanaman jagung sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Klas : Monocotyledone
Ordo : Graminae
Famili : Graminaceae
Spesies : Zea mays L
Berdasarkan temuan-temuan genetik, antropologi, dan arkeologi diketahui bahwa daerah asal jagung adalah Amerika Tengah (Meksiko bagian selatan). Budidaya jagung telah dilakukan di daerah ini 10.000 tahun yang lalu, lalu teknologi ini dibawa ke Amerika Selatan (Ekuador) sekitar 7000 tahun yang lalu, dan mencapai daerah pegunungan di selatan Peru pada 4.000 tahun yang lalu. Kajian filogenetik menunjukkan bahwa jagung budidaya (Zea mays ssp. mays) merupakan keturunan langsung dari teosinte (Zea mays ssp. parviglumis). Dalam proses domestikasinya, yang berlangsung paling tidak 7.000 tahun oleh penduduk asli setempat, masuk gen-gen dari subspecies lain, terutama Zea mays sp. mexicana. Istilah teosinte sebenarnya digunakan untuk menggambarkan semua spesies dalam genus Zea, kecuali Zea mays sp. Proses domestikasi menjadikan jagung merupakan satu-satunya spesies tumbuhan yang tidak dapat hidup secara liar di alam. Hingga kini dikenal 50.000 kultivar jagung, baik yang terbentuk secara alami maupun dirakit melalui pemuliaan tanaman.
2.2. Deskripsi
Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetative dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif.
Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya berketinggian antara 1 m sampai 3 m, ada varietas yang dapat mencapai tinggi 6 m. Tinggi tanaman biasa diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum bunga jantan. Meskipun beberapa varietas dapat menghasilkan anakan (seperti padi), pada umumnya jagung tidak memiliki kemampuan ini.
Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8 m meskipun sebagian besar berada pada kisaran 2 m. Pada tanaman yang sudah cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku batang bagian bawah yang membantu menyangga tegaknya tanaman.
Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu, namun tidak seperti padi atau gandum. Terdapat mutan yang batangnya tidak tumbuh pesat sehingga tanaman berbentuk roset. Batang beruas-ruas. Ruas terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku. Batang jagung cukup kokoh namun tidak banyak mengandung lignin.
Daun jagung adalah daun sempurna, dan bentuknya memanjang. Antara pelepah dan helai daun terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun. Permukaan daun ada yang licin dan ada yang berambut. Stoma pada daun jagung berbentuk halter, yang khas dimiliki familia Poaceae. Setiap stoma dikelilingi sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting dalam respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun.
Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin) dalam satu tanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari suku Poaceae, yang disebut floret. Pada jagung, dua floret dibatasi oleh sepasang glumae (tunggal: gluma). Bunga jantan tumbuh di bagian puncak tanaman, berupa karangan bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah daun. Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah bunga betina. Beberapa varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai varietas prolifik. Bunga jantan jagung cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini daripada bunga betinanya (protandri).
2.3. Populasi Tanaman
Salah satu faktor penentu produktivitas jagung adalah populasi tanamanyang terkait erat dengan jarak tanam danmutu benih.Dalam budidaya jagung,populasi tanaman yang dianjurkan untuk dipertahankan minimal 66.600tanaman/ha (jarak tanam 75 cm x 20 cm, 1 tanaman/lubang atau 75 cm x 40 cm, 2tanaman/lubang).Untuk memenuhi populasi tanaman tersebut, viabilitas benihdianjurkan lebih dari 95% karena dalam budidaya jagung tidak perlu melakukanpenyulaman tanaman yang tidak tumbuh karena peluangnya untuk dapat tumbuhnormal sangat kecil dan biasanya tongkol yang terbentuk kurang berisi.Bungabetina dari tanaman sulaman biasanya tidak terserbuki dengan sempurna olehtepungsari dari bunga jantan tanaman lain karena berbunganya terlambat,sedangkan peluang terjadinya penyerbukan sendiri hanya sekitar 5% sehinggamenyebabkan tongkol kurang berbiji.
Jarak tanam pada musim hujan 75 cm x 20 cm, 1 tanaman/lubang dianjurkan pada wilayah yang tenaga kerjanya cukup tersedia. Penanamandengan 1 tanaman/lubang pertumbuhan tanaman relatif lebih baik karena peluang persaingan antar tanaman lebih kecil dibandingkan 2 tanaman/lubang. Sedangkan jarak tanam 75 cm x 40cm, 2 tanaman/lubang dianjurkan untuk diterapkan pada wilayah yang tenaga kerja menjadi masalah karena kurang atau mahal. Pada musim kemarau jarak tanam dapat lebih rapat (70 cm x 20 cm, 1 tanaman/lubangatau 70 cm x 40 cm, 2 tanaman/lubang). Penanaman dengan varietas berumur genjah dapat diperapat lagi (65 cm x 40 cm, 2 tanaman/lubang).
III. Metode Penelitian
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum Dasar-Dasar Agronomi ini dilaksankan pada tanggal 13 Oktober 2010-22 Desember 2010 dan bertempat di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Jambi Mendalo Darat.
3.2. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah:
· Bibit jagung hibrida C-2
· Pupuk urea
· Pupuk SP-36
· Pupuk KCl
· Pupuk kandang yang dicampur dengan serbuk gergaji
· Decis
Alat yang digunakan adalah:
· Cangkul
· Parang
· Meteran
· Timbangan analitik
· Gembor
· Handsprayer
· Tali rafia
· Penggaris
· Ajir
· Tugal
3.3. Metode Analisis
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok ( RAK ) dengan 2 perlakuan. Pada penelitian ini terdapat 2 petak percobaan, setiap petak percobaan berukuran 3m x 2m dengan jarak tanam 60cm x 40cm sehingga dalam petakan pertama terdapat 25 tanaman dan petakan kedua terdapat 50 tanaman.
3.4. Pelaksanaan
3.4.1. Persiapan Areal Lahan
Pengelohan lahan di awali dengan pembersihan lahan dari sisa-sisa tanaman sebelumnya. Lahan tempat pelaksaan di bersihkan dari gulma, kotoran, kemudian dicangkul dan digemburkan sedalam 15-25 cm. Selanjutnya lahan tersebut di buat petakan percobaan yang berukuran 3x2 m dengan tinggi 30 cm sebanyak 2 petakan dengan jarak antar petakan 50 cm .
3.4.2. Pemberian Pupuk Kandang
Pemberian pupuk kandang diberikan seminggu sebelum masa penanaman yaitu dengan cara disebar secara merata pada permukaan tanah, kemudian diaduk rata sehingga pupuk dan tanah tercampur dengan rata.
3.4.3. Penanaman
Penanaman benih jagung ditanam dengan cara ditugal dengan kedalaman lubang 5 cm dengan jarak tanam 60x40 cm. Untuk petakan pertama dalam jagung satu lubang diberi dua benih tanaman per lubang dan untuk petakan kedua dalam satu lubang diberi tiga benih tanaman jagung.
3.4.4. Penyeleksian
Penyeleksian dilakukan tujuh hari setelah tanam. Pada petakan pertama, dua bibit yang tumbuh diseleksi menjadi satu bibit. Bibit yang baik pertumbuhannya tetap hidup sementara bibit yang pertumbuhannya kurang baik terkena seleksi. Pada petakan kedua, tiga bibit yang tumbuh diseleksi menjadi dua bibit. Jadi, diperoleh satu tanaman per lubang tanam pada petakan pertama dan dua tanaman per lubang pada petakan kedua.
3.4.5. Pemupukan
Pemupukan pertama diberikan pada saat tanam dengan dosis 1/3 bagian pupuk urea dan semua dosis pupuk SP-36 dan KCl. Pemberian pupuk dilakukan dengan cara ditebar dilahan alur antar tanaman dengan kedalaman 10 cm, kemudian ditutup dengan tanah. Pada tahap kedua pemberian pupuk urea dengan dosis 2/3 bagian pupuk urea.
3.4.6. Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan tanaman meliputi Penyiraman, penjarangan, pembumbunan, penyiangan, dan pengendalian hama dan pemyakit. Penyiraman dilakukan setiap hari pada sore hari, akan tetapi jika terjadi hujan pada hari itu dan keadaan tanah masih lembab maka penyiraman tidak dilakukan. Penjarangan dilakukan untuk menyeleksi tanaman mana yang baik pertumbuhannya, penjarangan ini dilakukan 7 hari setelah tanam. Pembumbunan dilakukan pada waktu pemupukan kedua atau pada saat tanaman berumur 4 minggu, pembumbunan ini bertujuan untuk menutup akar yang bermunculan di atas permukaan tanah selain itu juga untuk memperkokoh posisi batang sehingga tanaman tidak mudah rebah. Penyiangan ini dilakukan setiap saat apabila tumbuh gulma. Pada pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan penyemprotan dengan menggunakan Decis, dengan takaran 3 tetes dilarutkan pada 250 ml air untuk 2 petakan.
3.4.7. Pemanenan
Pemanenan dilakukan apabila tanaman jagung telah matang secara fisiologis dan memenuhi kriteria pemanenan. Pemanenan dilakukan dengan cara memutar tongkol berikut kelobotnya atau dengan mematahkan tangkai buah jagung.
3.5. Variabel
1. Tinggi Tanaman
Tinggi tanaman diukur dari ujung ajir yang ditancapkan di tanah sampai titik tumbuh daun terpanjang.
2. Lebar Daun ke-6
Pengukuran dilakukan dengan mengukur lebar daun ke-6 yang memiliki luas daun terlebar.
3. Jumlah Tongkol
Jumlah tongkol dihitung per tanaman.
4. Waktu keluarnya Malai
Waktu keluarnya malai dihitung mulai dari munculnya malai pertama hingga mencapai 70% bagian dari jumlah populasi.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Dari praktikum yang telah dilakukan, maka hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut:
Tabel tinggi tanaman
PERLAKUAN 1 BENIH PER LUBANG PADA PLOT 1 | ||||||||||||||||||||
TANAMAN SAMPEL | Pengukuran Tinggi Tanaman (cm) Minggu ke- | |||||||||||||||||||
1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | |||||||||||||||
1 | | 33,3 | 69 | 107 | 160 | 203 | ||||||||||||||
2 | 31,5 | 69 | 105 | 155 | 198 | |||||||||||||||
3 | 27,0 | 68,5 | 101 | 152 | 197 | |||||||||||||||
4 | 35,5 | 75 | 120 | 175 | 216 | |||||||||||||||
5 | 35,8 | 72 | 115 | 173,5 | 223 | |||||||||||||||
6 | 31 | 68 | 108 | 164 | 223,5 | |||||||||||||||
7 | 32,5 | 67 | 106 | 151 | 192,5 | |||||||||||||||
8 | 35,5 | 68 | 106 | 158 | 203,5 | |||||||||||||||
9 | 34,5 | 69,5 | 110 | 165 | 214 | |||||||||||||||
![]() PERLAKUAN 2 BENIH PER LUBANG PADA PLOT 2 | ||||||||||||||||||||
TANAMAN SAMPEL | Pengukuran Tinggi Tanaman (cm) Minggu ke- | |||||||||||||||||||
1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | |||||||||||||||
1 | | 39,7 | 36,85 | 71 | 74,25 | 75,5 | 89,25 | 157 | 147 | 184,5 | 179,25 | |||||||||
34 | 77,5 | 103 | 137 | 174 | ||||||||||||||||
2 | 33,6 | 28,4 | 72 | 47,5 | 109,5 | 85,5 | 196 | 174,75 | 111 | 146,5 | ||||||||||
23,2 | 24 | 61,5 | 152,5 | 182 | ||||||||||||||||
3 | 31 | 33,35 | 71,5 | 67,25 | 106,5 | 108,25 | 148 | 149,25 | 189,5 | 179,75 | ||||||||||
35,7 | 63 | 110 | 150,5 | 170 | ||||||||||||||||
4 | 34,5 | 34,75 | 74 | 74,25 | 113 | 113,5 | 146,5 | 147,5 | 182,5 | 179 | ||||||||||
35 | 74,5 | 114 | 148,5 | 175,5 | ||||||||||||||||
5 | 34,5 | 34,25 | 72 | 73,75 | 116 | 112 | 154 | 150,5 | 175,5 | 182,25 | ||||||||||
34 | 75,5 | 108 | 147 | 185 | ||||||||||||||||
6 | 36 | 36,25 | 74 | 74,5 | 113 | 114,5 | 150 | 153 | 180 | 179,25 | ||||||||||
36,5 | 75 | 116 | 156 | 178,5 | ||||||||||||||||
7 | 35 | 35,4 | 76,5 | 75 | 117 | 112 | 149 | 140 | 175,5 | 165,75 | ||||||||||
35,8 | 73,5 | 107 | 131 | 156 | ||||||||||||||||
8 | 38,8 | 36,1 | 76 | 74,75 | 111 | 111,25 | 143 | 143,5 | 176 | 168,5 | ||||||||||
35,4 | 73,5 | 111,5 | 144 | 161 | ||||||||||||||||
9 | 36,2 | 36,9 | 74 | 75 | 112,5 | 109 | 149 | 147,75 | 180 | 176,5 | ||||||||||
37,6 | 76 | 109 | 146,5 | 173 | ||||||||||||||||
Ket: Minggu ke-1 3 November 2010
Minggu ke-2 10 November 2010
Minggu ke-3 17 November 2010
Minggu ke-4 24 November 2010
Minggu ke-5 1 Desember 2010
Minggu ke-6 8 Desember 2010
Tabel lebar daun ke-6
PERLAKUAN 1 BENIH PER LUBANG PADA PLOT 1
Tanaman Sampel | Lebar Daun ke-6 (cm) | ||
Minggu I | Minggu II | Minggu III | |
1 | 8 | 8,1 | 8,1 |
2 | 8,5 | 8,8 | 8,9 |
3 | 8 | 8,2 | 8,3 |
4 | 6,2 | 6,4 | 6,5 |
5 | 7,7 | 7,8 | 8,2 |
6 | 7,1 | 7,6 | 7,8 |
7 | 7,8 | 7,8 | 7,9 |
8 | 8,1 | 8,1 | 8,1 |
9 | 8,2 | 8,2 | 8,3 |
PERLAKUAN 2 BENIH PER LUBANG PADA PLOT 2
Tanaman Sampel | Lebar Daun ke-6 (cm) | |||||
Minggu I | Minggu II | Minggu III | ||||
1 | 7,9 | 7,4 | 7,9 | 7,4 | 8 | 7,45 |
6,9 | 6,9 | 6,9 | ||||
2 | 7,3 | 6,2 | 7,4 | 6,35 | 7,5 | 6,45 |
5,1 | 5,3 | 5,4 | ||||
3 | 6 | 6 | 6,8 | 6,45 | 6,9 | 6,45 |
6 | 6,1 | 6,1 | ||||
4 | 6,5 | 6,45 | 7,4 | 7,05 | 7,5 | 7 |
6,4 | 6,4 | 6,5 | ||||
5 | 7,8 | 7,8 | 7,9 | 7,95 | 7,8 | 7,95 |
7,8 | 8,0 | 8,1 | ||||
6 | 7 | 7,1 | 7,2 | 7,2 | 7 | 7,05 |
7,2 | 7,2 | 7,1 | ||||
7 | 7 | 6,55 | 7,0 | 6,95 | 7 | 6,95 |
6,1 | 6,9 | 6,9 | ||||
8 | 8,4 | 7,65 | 8,5 | 7,7 | 8,5 | 7,75 |
6,9 | 6,9 | 7 | ||||
9 | 7,3 | 7,35 | 7,7 | 7,65 | 7,6 | 7,6 |
7,4 | 7,6 | 7,6 |
Ket: Minggu I 24 November 2010
Minggu II 1 Desember 2010
Minggu III 8 Desember 2010
Tabel Pengamatan Keluarnya Malai
Hari | Tanggal | Jumlah Malai Pada Plot 1 | Jumlah Malai Pada Plot 2 |
Sabtu | 11 Desember 2010 | 1 | - |
Minggu | 12 Desember 2010 | 2 | 3 |
Senin | 13 Desember 2010 | 13 | 5 |
Selasa | 14 Desember 2010 | 22 | 19 |
4.2. Pembahasan
Menurut hasil yang telah diperoleh, dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan tinggi tanaman pada penelitian yang telah dilakukan. Tanaman jagung pada petakan pertama tumbuh lebih tinggi dari tanaman jagung pada petakan kedua. Selisih dari tinggi tanaman jagung pada kedua petakan tersebut disebabkan oleh persaingan dalam memperebutkan unsur hara pada petakan yang ditanami dua bibit per lubang lebih tinggi dibandingkan dari petakan yang ditanami satu bibit per lubang.
Jagung termasuk tanaman yang membutuhkan air yang cukup banyak, terutama pada saat pertumbuhan awal, saat berbunga, dan saat pengisian biji. Kekurangan air pada stadium tersebut menyebabkan hasil yang menurun. Kebutuhan jumlah air setiap varietas sangat beragam. Namun demikian, secara umum tanaman jagung membutuhkan 2 liter air pertanaman per hari saat kondisi panas dan berangin. Hasil penelitian di Amerika menunjukkan bahwa kekurangan air pada saat 3 minggu setelah keluar rambut tongkol akan menurunkan hasil hingga 30%. Sementara kekurangan air yang selama pebungaan akan mengurangi jumlah biji yang terbentuk (Purwono dan Rudi, 2010: 21).
Daun ke-6 adalah daun yang akan mati jika fase generatif telah selesai. Jadi, daun ke-6 dapat menjadi parameter dalam pertumbuhan tongkol jagung. Jika fase generatif telah selesai dan daun yang kita ukur lebarnya belum menguning atau mati, maka daun tersebut bukanlah daun ke-6.
Tongkol jagung yang dihasilkan pada petakan pertama lebih banyak dibandingkan tongkol jagung pada petakan kedua. Petakan pertama menghasilkan 27 tongkol jagung dari jumlah tanaman sampel. Petakan kedua menghasilkan 23 tongkol jagung dari jumlah tanaman sampel.
Malai jagung diamati 43 hari setelah tanam, dan pada petakan kelompok penulis malai jagung diamati selama 4 hari dari jumlah populasi yang pertama kali mengeluarkan malai, yaitu pada tanggal 11 Desember 2010 sampai 70% bagian jumlah populasi mengeluarkan malai, yaitu pada tanggal 14 Desember 2010.
Pertumbuhan vegetatif terjadi selama 47 hari setelah tanam. Berakhirnya pertumbuhan vegetatif ditandai pada saat 70% malai dari jumlah populasi telah keluar. Dimana pertumbuhan tanaman jagung pada fase vegetatif tidak terlalu terlihat.
Kendala yang ditemukan pada praktikum lapangan ini adalah terjadinya serangan hama, yaitu Monyet. Pada saat menjelang panen dan tongkol jagung telah bermunculan, mulailah satu per satu tanaman jagung diserang. Kerusakan yang terjadi adalah batang jagung patah dan tongkol jagung habis dimakan. Kemudian jagung yang dipanen hanyalah baby corn.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Pada petakan pertama pertumbuhan tanaman jagung lebih baik dari tanaman jagung petakan kedua.
2. Tinggi dan hasil tanaman jagung pada petakan pertama lebih baik dibandingkan pada petakan kedua, karena pada petakan pertama yang ditanami satu bibit per lubang persaingan untuk memperebutkan unsur hara lebih kecil dari petakan kedua yang ditanami dua bibit per lubang.
3. Daun keenam adalah daun yang akan mati jika fase generatif telah selesai.
4. Ukuran daun tanaman jagung pada petakan pertama lebih panjang dan lebar serta warnanya hijau. Ukuran daun tanaman jagung pada petakan kedua lebih pendek dan sempit serta warnanya pucat, karena daun lebih rapat dan persaingan dalam memperebutkan sinar matahari lebih tinggi.
5. Panen gagal di karenakan pada saat prapanen jagung telah di panen terlebih dahulu oleh monyet.
5.2. Saran
1. Sebaiknya penanaman dilakukan satu bibit per lubang tanam, karena hasilnya akan lebih maksimal dari penanaman dua bibit per lubang.
2. Jika menanam di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Jambi Mendalo Darat, sebaiknya pengawasan diperketat. Jika perlu di sekeliling areal penanaman dibuat pagar (kawat duri).
3. Pengolahan tanah minimum dalam budidaya jagung di lahan kering dapat dianjurkan pada lahan bekas pertanaman tanaman penutup tanah guna mempertahankan kadar lengas tanah yang tersisa, sehingga dapat dimanfaatkan oleh tanaman semaksimal mungkin.
VI. DAFTAR PUSTAKA
BALITJAS. 2001. Deskripsi Varietas Unggul Jagung. Maros: Sulawesi Selatan.
Firdaus K., Arifudin dan Yasin H. G. 2002. Metode Pendugaan Hasil Jagung. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan: Bogor.
Iskandar S. dan I.G. Ismail. 1983. Budidaya Peningkatan Produksi Jagung. Puslitbangtan: Bogor.
Purwono dan Rudi Hartono. 2010. Bertanam Jagung Unggul. Penebar Swadaya: Jakarta.
Sutidjo, D. 1986. Pengantar Produksi Tanaman Agronomi. Fakultas Pertanian: Institut Pertanian Bogor.
Warisno. 1998. Jagung Hibrida. Kanisius: Yogyakarta.
www.google.co.id (yang diakses pada hari Jumat tanggal 14 Januari 2011 pukul 14.00 WIB).
VII. LAMPIRAN
Lampiran 1: Foto Penanaman Awal Jagung
![]() |
![]() |
![]() |